Selasa, 07 Maret 2017

Renjana #3



Kita tertatih mengurai takdir, meski tangan kita terlalu rapuh untuk memunguti keping-keping hikmah sepanjang jalan. Kita mencoba menerka jawaban, atas mengapa kegagalan-kegagalan nan menyakitkan harus menjadi penyeling dalam setapak perjalanan. Kita mencoba belajar menerima segala kemungkinan dan ketentuan, seraya masih terus memanjangkan sabar dan memperkuat ikhtiar. Kita mematut diri di depan cermin, mencoba untuk mencerna pemahaman bahwa pantulan seperti itulah nanti yang akan kita dapatkan sebagai teman. 

Kita berupaya menahan rasa yang mulai menggejala. Tak boleh sekali-kali kuncup dan mekar sebelum waktunya. Kita mengadu di atas sajadah, memperbanyak jumlah doa dalam sehening-heningnya munajat di malam-Nya yang sepertiga. Kita tetap belajar melabuhkan harapan tinggi jauh ke langit sana. Sebab membangun harap kepada sesama tak ubahnya bersiap jatuh ke jurang kecewa. Kita berupaya memperbaiki niatan, supaya tak berbelok, lantas malah mematahkan keinginan. Kita berusaha menjadi apa adanya, sebab kita sadar kita jauh sekali dari sempurna.

Kita bergerak pasrah seperti daun-daun luruh. Entah di mana kita akan jatuh. Sekecil apapun kemungkinan untuk jatuh di tempat yang sama, kita percaya itu sangat mudah bagi-Nya.




(Disalin dari caption di instagram)

Tidak ada komentar: