Jumat, 21 Oktober 2011

Persil 1: The New Style of LK 2

Fragmen#I: 8 Oktober 2011

Pagi menularkan spirit of the rising sun ketika langkahku terburu menuju suatu tempat tak jauh dari kosanku, sambil menenteng sekresek snack. Sebelum berangkat, sempat kubaca pesan dari Teh Lu'lu (Kabid PSDM) dengan sedikit tertegun; "Bismillah, teman2... hari ini akan menjadi hal yang bersejarah.." Hari bersejarah? Kenapa, gitu? Tak kuturuti rasa penasaranku akan kalimatnya itu dengan segera bergegas menuju salah satu sudut eksotis di UGM; Mushola Apung Pasca.

Baru beberapa langkah berjalan, seorang akhwat dengan sepeda onthelnya berhenti di depanku. "Sendirian aja, Buk?" tanyanya. Lho?
"Dari mana, Lu'?"
"Barusan fotocopy materi,"
"Lah, so? Yang udah di sana siapa aja?" tanyaku lagi.
"Belum ada orang," jawabnya lesu. Aku manyun. Ini udah jam berapa?

Mushola penuh oleh para aktivis yang ternyata sudah punya agenda duluan di sana. Entah ada pertemuan apa, entah ada asasi, mau tak mau kami harus cari tempat lain.
"Pembicaranya udah datang," Lu' berseloroh. "On time banget orangnya," aku hanya menimpalinya dengan senyum. Padahal pesertanya aja belum ada.

Kami menggelar permadani di taman sebelah kolam, macam piknik saja. Baru ada Henny, Mbak Noni, Asma, Lu'lu, dan aku sendiri. Ikhwannya cuma pak ketum Rei sama pembicaranya, Pak Reza dari MIPA. Ini pada kemana sih orang-orang? Yang mau LK siapa? How come?
"Ya udah, kita aja yang jadi pesertanya," haish, -,-"
Pak Reza ngobrol berdua sama Rei. Nggak enak juga membiarkan beliau menunggu lama. Jadilah Lu'lu menelepon adik-adiknya satu persatu. "Ian di mana? Nurma...Lili...Tamam bisa nggak sih? Adib ada agenda IMABA katanya.. Vitra sakit. Retno juga gak bisa...Shiro gak angkat telpon..Huaa.."
sekali lagi aku ingin bertanya; how come? Kurang persiapan apa dari kemarin-kemarin untuk hari ini? Jadi udah keduluan agenda-agenda yang lain..
"Nurma sebentar lagi datang. Ian baru bisa ke sini jam 10." =_="
Nurma datang, kami masih ngobrol-ngobrol geje ngalor ngidul--sementara 2 ikhwan itu juga masih ngobrol di atas. Lu'lu sudah terlihat seperti orang putus asa. Dari data kader yang belum LK 2, ada 13 orang. Eh ini yang datang cuma 2. Ah, kasihan juga pembicaranya, dari tadi nggak mulai-mulai...
"Sebenernya, alur kaderisasi kayak gini masih relevan nggak sih di jaman sekarang ini?" Mbak Noni mulai menanyai.
"Dulu pas jaman-jaman kita, semangat banget ya, ikut LK!" Lu' bilang gitu.
"Itu kan jaman kalian.. sekarang?" tanya Mbak Noni lagi.
"Kemaren ada yang bilang bosen sih, Mbak. Paling ceramah lama, kan ngantuk. Gitu katanya." Henny bilang gitu.
Ya, seharusnya memang sudah saatnya ada terobosan baru di alur kaderisasi, nggak cuma begini-begini aja.

Jam 10 sudah. Kami pindah ke taman atas. Materi I: Analisis Shirah. Pembicaranya cukup asyik. "Maafkan kelakuan anak-anak IB ya, Pak." sebelumnya ada nyeletuk kayak gitu, lupa siapa. Sang bapak terkesan maklum, "Nah, kalau di MIPA, biasanya saya ngasih materi orang-orangnya pendiam semua. Kalau di sini mungkin lain ya. IB kan terkenal orang-orangnya unik," ucapnya berkelakar yang kemudian langsung kami sambut dengan tawa. Beliau tidak banyak memberi materi, kami yang disuruh aktif mendiskusikan permasalahan masa kini dan bagaimana ketika dikorelasikan dengan Shirah Nabawy. Bagaimana metode dakwah yang baik? Bagaimana cara menyikapi problematika dakwah? Bagaimana menumbuhkan semangat untuk berdakwah? Bagaimana menghadapi objek dakwah yang berbeda-beda? Diskusi yang menarik, sebenarnya. Namun, waktu tidak cukup panjang untuk itu.

Lepas dzuhur LK dilanjutkan di warung makan. hehe. Look so different. Biasanya LK nginep. Boro-boro. Ini malah di warung pinggir sawah. Yah, lumayanlah, konsumsi dengan uang pribadi. Pemateri selanjutnya untuk materi Ansos... Mbak Noni sendiri! wkwkwk. Mungkin bisa jika disebut forum curcol, namun tetap pada koridor ansos, especially buat KMIB sendiri. Diawali dengan pertanyaan, "KMIB itu bermasalah nggak?" Sepakat bilang "IYA!" semua. Lanjut, "Sebenarnya yang disebut dengan 'masalah' itu apa sih?" Jelas, "Sesuatu yang menghambat kita untuk mencapai suatu tujuan." mulailah satu demi satu memaparkan masalah-masalah apa saja yang terjadi. Asli, jika benar-benar ditulis dengan penuh perasaan sampai mendetail, bakalan jadi novel itu! (lebay! ^^). Aku memaparkan satu demi satu permasalahan yang sudah sekian lama kurinci dan kusimpan rapi di binder (bukan bermaksud menyimpan masalah, tapi). Tak hanya masalah-masalah secara umum, namun juga masalah yang bersifat personal namun berefek pula pada nasib lembaga. Kalau kata Ian, salah satu masalahnya adalah "PH akhwat jumlahnya banyak." membuatku terkikik geli. Lebih tepatnya mungkin, "Minimnya jumlah ikhwan di KMIB."
"Kondisi masyarakat kampus yang heterogen," menurutku itu masalah. Ada yang sependapat denganku. "Heterogenitas yang bagaimana dulu?" tanyanya padaku. "Jelas, heterogenitas ideologi dan pemikiran lah." Tapi menurut Mbak Noni, itu justru tantangan. Heteroginitas itulah justru yang memberi warna semarak dalam dakwah kampus kita, sehingga tidak melulu itu-itu saja metodenya. Lihat di MIPA, orang-orangnya mayoritas alim semua, jelas tak terlalu butuh tenaga ekstra. Mau berslogan "Laa izzata ilaa bil jihad!" juga tenang-tenang saja. Lha kita? Baru disodori kata "Jilbabisasi" (sebenarnya memang kurang tepat penggunaannya, sih) saja keadaan sudah mau perang dunia. Muslim sama muslim padahal. Kalau orang kafir menyaksikan, pasti bakal ketawa terpingkal-pingkal.
Yaa, mau tak mau, harus kita terima, itulah istimewanya IB...
Selanjutnya, sense of belonging kader yang kurang, apatisme masyarakat kampus tentang organisasi keislaman (umumnya masih banyak yang menganggap bahwa organisasi rohis, SKI, LDK dan semacamnya kurang prestisius dibanding organisasi-organisasi lain), kurang adanya soft-skill yang dimiliki kader (siapa yang bisa desain grafis? Hampir gak ada! -untuk saat ini-), adanya kecenderungan untuk Study Oriented, jadi lembaga dinomorduakan (kan ada tuh slogan, "Dahulukan kuliah, utamakan dakwah."), sampai ke pembahasan kunci keberhasilan dakwah, salah satunya adalah "keberkahan", dan salah satu penyebab hilangnya "keberkahan" itu adalah "interaksi yang kurang menjaga". Be careful is important.

Kesemua yang kami list itu masih "masalah" belum "solusi". Maka, mari mencari solusinya bersama-sama. Bukan hanya "mencari solusi", tapi "menjalankan solusi". Nggak ada yang nggak bisa dicari solusinya, Islam kan agama yang solutif. Bismillah.. ^_^
"Hayoo, grand theme KMIB tahun ini apa? Siapa yang hafal?" tertohok oleh pertanyaan Mbak Noni. Sial, aku pun lupa. Panjang banget soalnya. Pandangan Mbak Noni mengarah kepadaku, Rei, Lu'lu--3 orang yang pernah menjadi Dewan Formatur sebelum dinobatkan jadi PH. "Visinya apa?" Astaghfirullah, lupa juga! Gaswaaattt! Gimana mau mencapai tujuan kalau visinya aja lupa? "Misinya? Banyak. Bidangmu aja deh, PSDM, Kemuslimahan..." krik-krik -,-"
"PR buat kalian semua ya!" okelah-okelah. Akan kupasang grand theme dan visi-misi itu di dinding kamarku. Nggak cuma dibaca, diterapkan!

Adzan Ashar berkumandang. Sekian untuk hari ini. Ada tantangan menarik yang dicetuskan Mbak Noni; "Jangan melewatkan satu hari pun tanpa ada nama KMIB di papan pengumuman FIB. Entah itu kalian mau publikasi agenda tertentu, poster syi'ar, sentuhan hadis-hadis yang dikemas secara cantik, atau apa pun yang ada nama KMIB-nya. Ketika orang lain mengenal kita, di situlah kita eksis. Sanggup tak?" manggut-manggut tanda mengerti. Harus sanggup! Gak ada dana? Sunduquna juyubuna.

Ah, LK 2 yang sungguh berbeda. Memang benar ucapan Lu'lu, hari ini menjadi hari yang bersejarah buat kita. Meski awalnya aku terngiang judul konyol itu, "Alangkah Lucunya Dakwah Ini." Aku-kami-kita, akan tetap menghargai momen ini sebagai tahapan keberlangsungan dakwah di Ilmu Budaya. Meski peserta yang datang cuma 2. Sudah sunnatullah, seleksi alam, yang kuat yang bertahan. Begitu pun di KMIB, yang kuat yang bertahan--meski jumlahnya tak seberapa. Esok masih ada kelanjutannya. Semoga menjadi ibrah, ada pompaan semangat dan ghirah yang baru. Kalau kata Edcoustic, Jalan Masih Panjang.

"Sakit dalam perjuangan itu hanya berlangsung sementara. Bisa dalam 1 menit, 1 jam, 1 hari, 1 tahun. Namun, jika kita menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya." (Lance Armstrong); 'taujih' yang dikirim Henny ketika aku gelisah malam-malam gara-gara mati lampu. Jazakillah khair, ukhty...


(To be continue)

Tidak ada komentar: