"Kalau tujuh tahun lagi Ibu berangkat ke Makkah, pas sekali, kau sudah berkeluarga. Sudah
ada yang menemani di rumah, tidak akan sesepi ini lagi."
Ada guratan rindu yang mengapung begitu jelas di kedua lensa matanya yang semakin
menua. Rindu teramat dalam kepada Baitullah, Makkah Al-Mukarramah.
Dan kerinduan itu harus dipendam tujuh tahun lamanya dari sekarang. Semuanya harus
ditebus dengan kesabaran berlipat ganda.
Man shabara zhafira.
Ada isyarat yang kutangkap dari kalimat jujurnya itu, namun tak berani menafsirkannya lebih jauh.
Seperti apakah rindu ibu kepada Baitullah?
Mungkin seperti rinduku kepada sosok yang akan menemaniku kelak ketika ibu tak lagi di sisiku.
Mendung yang menggelayut di pelupuk mataku seketika menjelma gerimis.
-150313-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar