Sesungguhnya, apa yang tengah
dipikirkan orang-orang tentang kesendirian? Adakah kebanyakan manusia berasumsi
bahwa sendiri selalu berkawan akrab dengan kesunyian? Sesungguhnya, apa yang
selalu dipikirkan orang-orang kebanyakan tentang kesendirian? Adakah mereka
selalu menganggap bahwa sendiri berarti hampa, sepi, dan penuh kesedihan nan
tak berkesudahan?
Orang-orang yang merasa kesepian
selalu mencari tempat-tempat ramai. Orang-orang yang jemu akan kesendirian memupus
kehampaan melalui berjumpa dengan banyak manusia-manusia lainnya, menyibukkan
diri dengan aneka kegiatan, berbincang, berdiskusi, bertukar cerita, atau
sekadar menciptakan senda gurau tak penting sambil menyeruput kopi. Namun, ada
pula orang-orang yang memberantas kesepian cukup melalui menenggelamkan diri
sendiri pada musik yang sibuk ia dengarkan, atau membenamkan dunianya pada buku
cerita yang tekun ia telusuri kisahnya. Di sisi lain, ada masanya kesendirian
begitu mengasyikkan. Ia tak lagi dimaknai sebagai wujud kesepian atau
keterasingan, namun lebih sebagai kebebasan yang membahagiakan.
Kau menikmati sebuah perjalanan
tanpa teman dan hanya bisu sepanjang kereta itu mengantarmu ke tempat tujuan. Kau
menikmati melemparkan pandang ke luar jendela sembari merenungkan banyak hal
atau membuat kontemplasi demi kontemplasi tanpa ada yang mengusikmu hanya untuk
sebuah pertanyaan basa-basi. Kau pun menikmati kesendirian di sepertiga malam,
di mana kau bebas mengadu, menumpahkan air mata, mengutarakan segerombolan
sesak dan keinginan kepada tuhan. Bagaimana mungkin kau akan sebebas itu
menumpahkan tangis dan sedu-sedan di tengah keramaian? Kau tentu malu. Bahkan dalam
kesendirian pun jiwamu tetaplah ramai, riuh mempertengkarkan banyak persoalan
dan pertanyaan. Lalu, kau juga menikmati kesendirian sebagai waktu terbaikmu
untuk menulis berbagai hal yang melesak di benak. Kesendirian mengajakmu
memikirkan ulang kejadian-kejadian, mengurai hikmah dan pelajaran-pelajaran
yang berserakan. Tak jarang, kesendirian menciptakan ruang pula bagi perbaikan
demi perbaikan. Ada kalanya, sendiri terdengar jauh lebih merdu diucapkan
daripada berdua, bertiga, berempat dan seterusnya.
Kemudian orang-orang yang mencintai
kesendirian bertanya, apakah yang tak lagi sendirian benar-benar menemukan
hakikat kebahagiaan? Tak jarang, kebersamaan bukan lagi perkara kehangatan,
namun memunculkan konflik alias pertikaian-pertikaian. Kebersamaan adalah
peleburan ego individu-individu dengan isi kepala yang berbeda.
Kebahagiaan bisa saja hadir dalam
kesendirian, namun juga selalu hadir dalam kebersamaan. Kesedihan dan
kegembiraan sesungguhnya berada di neraca yang sama, begitu ujar Kahlil Gibran.
Kita tak bisa selamanya mengatakan kesendirian rawan akan kesedihan, namun juga
tak bijak menghakimi kebersamaan selalu dihiasi pertikaian-pertikaian. Ada masanya
kita mendamba kebersamaan ketika sedang sendirian. Ada masanya kita ingin
mengasingkan diri sejenak dari keramaian. Ada kalanya kita melihat
pasangan-pasangan yang selalu harmonis dan bahagia, genap-menggenapkan, sehingga
kita merasa tak utuh dengan kesendirian. Ada kalanya ketika telah bersama kita
merasa tak sebebas ketika masih berstatus sendirian.
Apapun alasannya, apapun keadaannya,
kita pada hakikatnya tak ingin selamanya berkelumun hening dengan menapakkan kaki sendirian di
setapak jalur kehidupan. Kita membutuhkan—setidaknya satu saja—teman dalam
perjalanan, yang akan membantu menguatkan langkah, menyemangati, memberi arti
bagi episode-episode di lembar-lembar selanjutnya, demi mengayun langkah ke
satu tujuan.
Namun, selama waktu tunggu, selama
belum menemukan teman dalam perjalanan, semoga kesendirian semakin mengajarkan
kepada kita tentang sebijak-bijaknya pemahaman. Bahwa kesabaran adalah juga
sebaik-baiknya perjuangan. Bahwa doa selalu didengar oleh Sang Penguasa Alam. Bahwa
kesendirian berbanding lurus dengan upaya penjagaan diri dari segala hal yang
mungkin bisa menjauhkanmu dari tuhan. Bahwa kesendirian adalah menjaga cintamu
utuh sepanjang jalan. Bahwa dengan kesendirian, kau masih mampu mengerjakan
kebajikan-kebajikan dan mencetak karya-karya luar biasa.
Kita tak ingin selamanya sendiri. Tetapi,
berkawan akrab dengan sepi membantumu mengerti, kesendirian tetap membuatmu
mengulum senyum, tak mengurangi kadar bahagiamu barang sesenti pun. Lalu kau
ingin berteriak lantang kepada dunia: mari bahagia apapun keadaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar