Jumat, 21 Oktober 2011

Persil 2: One Day, One Dream

Fragmen# II: 9 Oktober 2011

Ahad pagi. Inginnya hari ini kujadikan hari rehat sepenuhnya, alias tak ada acara keluar kos kecuali cari makan. Peduli apa dengan keriuhan Sunday Morning di luaran sana? Aih, aku sempat terlupa jika hari ini ada yang milad, dan aku belum mengucapkan “Barakallahu fii umrik” untuknya. Seharusnya, kami memang sudah berada di forum yang sama. Lanjutan LK 2 hari kemarin yang masih bersambung hari ini. Kukira tadinya sang kabid PSDM bakal menempatkan kami di masjid lain sekitaran kampus. Namun, olala, rektorat lantai tiga! Tak apalah pagi-pagi olahraga mendaki anak-anak tangga. Jika hari pertama pesertanya cuma dua, sekarang berapa ya? Ah, kita lihat saja!

Ohmaigad! Aku telat! Maafkan aku, Lu’… Alhamdulillah, aku tak kesulitan menemukan mereka yang ‘mojok’ di salah satu sudut rektorat lantai tiga yang super-duper luasnya. Forum sudah dimulai dari tadi, pembicaranya Pak Johan dari FISIPOL. (masih sama-sama manusia soshum kok, tenang-tenang... -,-‘). Masih Ian, Asma, tambah satu lagi Tika. Nurma nggak bisa ikut. Mbak Noni ke mana ya? Tumben, veteran KMIB yang paling setia ini nggak nongol di tengah-tengah kami sepagian ini…

Aku sungguh masih diliputi kantuk dan rasa penat, hingga materi dari sang pembicara tak bisa kuserap dengan baik, lebih memilih diam seribu bahasa ketika yang lain bertanya. Hanya appreciate sama kawan-kawan 2010 yang sudah meluangkan waktunya untuk hadir, ketika yang lain menggeje di sunmor atau malah masih pulas dalam mimpi panjangnya.

Sesi terakhir dari LK 2 adalah Grand Design. Hayoo, mau bikin acara apa untuk KMIB ke depannya? Targetnya apa saja, strategi pencapaiannya seperti apa. Aku buntu. Tak ada ide yang melintas. Yang lain sudah menulis dengan lancar di atas kertas. Pada akhirnya, yang terlintas di benakku adalah Lomba Poster Islami. Bukan apa-apa, hanya didasarkan keprihatinanku akan ketiadaan sumber daya manusia yang gape desain di KMIB. Kalau yang jago nulis sih lumayan banyak. Jadi, ini tak cuma sekedar acara, namun sarana open recruitment juga. Lu’lu mengusulkan sebuah acara semacam RdK, namun dalam event selain Ramadan—seperti Maulid Nabi dan Isra Mi’raj. Di sini, KMIB merangkul HMJ-HMJ di FIB untuk turut berkontribusi dalam PHBI. Menarik juga. Lantas, jadi ingat Teknik. Keluarga muslim di sana bahkan ada yang per jurusan. Brrr… Bedanya antara sini dan sana. Kayak pizza dan tempe ya? Eh, tapi pizza belum tentu sehat meskipun mahal, tempe murah, tapi bergizi. ^__^ by the way, jurusan apa ya yang belum bisa dirangkul KMIB? Selama ini masih didominasi anak-anak Sastra Asia Barat, jadi kesannya KMIB layaknya turunan dari IMABA. Ah, itu harus diluruskan! InsyaAllah dengan upaya merangkul HMJ fakultas, ikut terrangkul pula macam-macam mahasiswa dari berbagai latar belakang di ranah ilmu sastra dan budaya. Usul Henny lain lagi. Seperti hobinya sendiri, nulis. Dia mengusulkan semacam Sastra on the Spot! (program yang pernah dilaksanakan FLP Jogja Ramadan kemarin). Nah, ini namanya diganti; Sastra on the Masjid! Ahaha. Bisa-bisa. Ian Mengusulkan FBI alias Festival Budaya Islam (sejujurnya, ini mimpi PH 2011 yang belum juga terealisasi). Tika mengusulkan  CLeadership camp namun out of campus, jalan-jalan ke Kaliurang. Rey tidak mengusulkan apa-apa.

Aku lupa! Bahkan orang yang milad duduk di seberangku sana. Tapi, kuputuskan tetap mengiriminya SMS dengan kata-kata ‘gombal’.
“Untukmu yang begitu tegas, kukirimkan sebaris doa, semoga Allah mengganti nestapamu dengan pahala yang tak terputus di sisi-Nya. Untukmu yang begitu sabar, kukirimkan sebaris doa, semoga kekuatanmu makin ditambah oleh-Nya, mendapatkan yang terbaik dalam pandangan-Nya.Untukmu yang begitu tulus, kukirimkan sebaris doa, semoga ketika saatnya kau kesulitan, Allah mendatangkan pertolongan yang kau butuhkan. Untukmu yang baik hati, kukirimkan sebaris doa, semoga Allah menyuburkan taman hatimu dengan kasih-Nya. Untukmu yang sedang menunggu, kukirimkan sebaris doa, semoga kesabaranmu berbuah manis pada akhirnya.”

 Yah, semoga doa yang kurajut diam-diam dalam sebuah pesan itu tak hanya doa untuk yang milad, namun semua yang ada di sini, atau semua kader dakwah di IB. Semoga kita tak hanya sekedar ‘sabar menunggu’, namun bergerak untuk mendapatkan ‘manisnya’.


“Ya, semoga apa yang kita rencanakan di Grand Design ini tidak sekadar wacana, namun dapat terealisasi di kepengurusan yang selanjutnya.” Kalimat penutup dari Lu’lu yang diikuti koor aamiin oleh kami semua.
“Setelah ini jangan pulang dulu ya! Ada yang mau traktir kita makan-makan?”
Beberapa mengerutkan kening. Siapa?
“Henny milad ke-21!” sementara, yang disinggung merasa terjebak. Tak ada rencana apalagi niat buat mentraktir kami sebelumnya. Kasihan, dikerjain Lu’lu. Namun, akhirnya mau juga. Haha. Bagiku, mungkin inilah yang lebih pantas disebut ‘romantika di jalan dakwah’. Ya, di jalan-Nya kami bermesra. Atas dasar mahabbah kepada Sang Maha Pemilik Cinta.

Dari apa yang kami dapat hari ini, tentu ada satu-dua mimpi yang kembali terangkai dalam mewujudkan visi. Lewat beragam rencana, beragam acara. Namun, tetaplah cuma satu mimpi yang mendasari segalanya: “turut berkontribusi dalam mewujudkan FIB madani.” Sudahkah kita berkontribusi? Jika belum, maka, mungkin bait-bait berbahasa Jepang ini menjadi salah satu yang akan memompa semangat kita kembali.


Yuukan na dream furikazashi
Aimai na world kakenuke you

yuuutsu ni naru genjitsu ni tachi mukau
mune no naka de seichou shiteru yuusha
yuube mita yume ga sono zanzou ga
myaku wo utsu "saa yuke" to


You can now dream (bravely dream) brandish your blade
I'm in a world (a fuzzy world) let’s dash through

Opposing the depressing reality,
A hero whose heart is growing
The afterimage of the dream seen last night
Sets your pulse pounding and says "Go!"

2 komentar:

Anonim mengatakan...

oi, keren kali blog kau ni. ckckck..

Lia Wibyaninggar mengatakan...

tulisannya apa desain blog yang baru yg keren, mbak? ahaha. syukron^___^