Kamis, 24 Mei 2012

Mengabadikan Sudut-Sudut Kampus ke dalam Fiksi

"Hikmah, akan lebih indah jika disampaikan melalui sebuah kisah"


Awalnya, hanyalah sebuah ide "tak matang" yang dengan enteng saya lontarkan ketika musyawarah kerja kepengurusan SKI tahun lalu. Saya usulkan itu sebagai program kerja Divisi Media-Opini (MO), meski saya diamanahi mengampu Kemuslimahan, dan bukan Media-Opini, namun passion menulis saya menggerakkan saya untuk mengutarakannya kepada mereka. Ya, program menulis buku. Fiksi. Antologi cerpen. Dengan konten islami.

Saya hanya merasa cemburu dengan SKI fakultas tetangga yang sudah berhasil membikin buku tentang cerita dakwah di kampus mereka. Kecemburuan itu hadir semata-mata karena saya dan kawan-kawan saya adalah para mahasiswa yang dibesarkan di lingkungan sastra. Masak anak sastra nggak bisa nulis? Jangan sampailah ya. Boleh jadi bentuk tulisan kami dengan fakultas tetangga berbeda, namun visi-misinya insya Allah tetap sama: syiar keislaman. Jika tetangga sebelah mempertahankan tulisan mereka sebagai true story tanpa bumbu macam-macam, maka kami mengolahnya menjadi fiksi yang imajinatif namun tetap terinspirasi dari kehidupan kampus kami, juga kehidupan di sekitar. Apa yang menjadikan fiksi terasa lebih istimewa dibanding sekedar true story yang biasanya malah curhat colongan? Kita bebas mengembarakan imaji, menjadi sutradara dari sebuah lakon cerita, dengan bahasa kita sendiri, dengan bingkai bahasa sastrawi kita merajut cerita yang idenya sudah kita godok masak-masak. Unik. Ya, buat apa selama ini kita belajar sastra dan pernak-perniknya yang rumit jika pengaplikasiannya cuma "curhat colongan"?

Perdebatan dimulai. Ada yang kurang setuju jika itu dijadikan proker MO, alasannya akan terasa memberatkan sebab MO sendiri tidak berdiri sendiri sebagai satu bidang yang utuh, namun ada di bawah Syiar. Bisa dibayangkan bagaimana sang ketua bidang akan sangat kerepotan jika ini dijadikan proker satu divisi saja. Finally, program usulan saya tersebut dijadikan grand project PH, deadline-nya akhir tahun 2011.

Waktu merambat cepat, masing-masing sibuk ini-itu, tak terasa sudah di penghujung 2011, dan kami belum melakukan apa-apa untuk grand project tersebut. Beberapa hari sebelum tahun baru 2012, barulah ada poster publikasi yang nongol. Deadline pengumpulan naskah: 1 Januari 2012. Kenyataannya? Para kader, "calon penulis" berbakat tersebut tidak segera mengumpulkan karya mereka kalau belum dioprak-oprak. Jadilah saya menagih mereka satu persatu macam penagih bon saja. =_=" (sejujurnya, saya tidak pernah mendeklarasikan atau pun mengajukan diri sebagai penanggung jawab program ini, namun entah kenapa, seolah-olah saya yang menghandel semuanya. Semoga mendapat balasan yang setimpal dari Yang Maha Kuasa ^_^v)

Lepas liburan semester ganjil, barulah semua naskah terkumpul. 17 judul dari 13 penulis. Kesemuanya kader SKI fakultas kami, mulai dari angkatan 2008 hingga angkatan 2011. Tema? Oh God, di syuro' PH kami memang tidak pernah menentukan tema. Asal kontennya Islami saja, dengan persyaratan-persyaratan lain yang kami cantumkan. Walhasil, cerita yang mereka kirimkan beraneka-rupa. Mayoritas terinspirasi dari kehidupan kampus dan dakwah kampus, yang lain mengulik perca-perca peristiwa sederhana dalam kehidupan yang tentu saja bisa kita petik hikmahnya.

Judul (bakal) buku kami diambil dari salah dua cerpen yang ada di dalamnya; cerpen saya, dan cerpen salah satu rekan saya. Terasa spesial, sebab keduanya mengambil judul tempat-tempat di fakultas kami. Bukan sekadar tempat, bukan sembarang sudut, semua tempat di fakultas kami memiliki kisah tersendiri, dan alangkah naif jika kader yang gemar menulis melewatkan ini. Bukankah sarang laba-laba saja bisa menjadi inspirasi bagi setiap penulis yang mumpuni? Apatah lagi kampus kami. Di suatu masa, pernah terbit sebuah buku berjudul "Cintaku di Kampus Biru", karya sastra sekuler yang pernah booming pada eranya. Kini, kami--orang-orang yang masih "embrio" di kampus yang sama, semoga kelak terlahir dengan mengangkat kembali nama "Kampus Biru", dengan sentuhan yang berbeda; sastra Islami yang mencerahkan!



May 23, 2012
masih di kota yang sama: Yogyakarta

2 komentar:

Unknown mengatakan...

kapan mb mulai terbit bukunya?
hehe

Lia Wibyaninggar mengatakan...

Kita harus sabar... ^_^