Semenjak berkenalan dengan dunia virtual--apalagi setelah punya akun jejaring sosial dan blog pribadi--halaman menulis saya berpindah lapak, dari kertas-kertas dengan tulisan manual saya yang cakar ayam ke ketikan laptop dengan barisan huruf yang rapi-jali. Jika dulu tak ada yang membaca tulisan-tulisan saya kecuali saya sendiri, sekarang saya tak pernah grogi demi mempublikasikannya di laman virtual milik saya sendiri. Pamer tulisan ke orang-orang. Tak ada guna saya menyimpan berpuluh tulisan untuk saya baca, baca, dan baca lagi sendiri. Ibarat memasak makanan yang enak untuk saya nikmati sendiri, sementara orang lain tak saya perbolehkan mencicipi. Pelit kan?
Tulisan saya bervariasi. Tak selamanya nge-share pengalaman pribadi, namun juga cerpen dan puisi. Saya publish itu di mana-mana. Di grup ini, di grup itu. Di web ini, di web itu. Honor? Jangan tanya. Sepanjang orientasi nulis adalah ibadah, honor bukan apa-apa. Tujuan saya menulis selain kerangka ibadah kepada Allah adalah membuka ruang-ruang dalam diri saya. Dengan nulis, setidaknya saya terbebas dari gangguan jiwa; galau-gelisah-gundah-gulana. Lagipula, penulis pemula yang belum pernah menang lomba seperti saya, mengharapkan royalti adalah mimpi yang masih muluk. Ada yang suka dengan tulisan saya alhamdulillah, ada yang mengkritik alhamdulillah--berarti dia mengharapkan saya untuk menulis lebih baik lagi.
Namun terkadang dalam menulis di laman virtual pun harus penuh kehati-hatian. Keasyikan menulis tak pelak sedikit-banyak memberi clue kepada publik tentang diri kita sendiri. Ooh, note-nya tentang cinta, berarti dia sedang jatuh cinta. Sama siapa ya? Nah lho! Pernah saya dikritik gara-gara mempublikasikan pengalaman pribadi terkait dengan seseorang yang tidak boleh disebutkan namanya. Saya hanya menimpalinya dengan santainya, "Ini kan di blog, bukan jejaring sosial, yakin deh, orang yang bersangkutan tak akan baca." Haha, siapa bilang? Blog saya ini punya kekeluargaan yang sangat erat dengan mesin pencari yang paling familiar sekarang ini. Blog saya sudah dilihat ribuan kali, oleh orang-orang berbeda yang mulanya mengetikkan kata kunci di mesin pencari. Jadi, tak menutup kemungkinan bahwa orang yang bersangkutan akan mampir ke dunia tulisan saya gara-gara ulah si mesin pencari, dan holaaaa! Seolah menjadi pencuri mangga di siang bolong yang tertangkap basah oleh pemiliknya, rasa malunya tak terperi. Maka, detik itu juga, curcol tak penting tentang seseorang yang tak boleh disebutkan namanya itu saya delete. Selesai.
Ingatan saya kemudian berputar ke sekitar 5-6 tahun yang lalu, akhir masa putih-biru. Saya lah yang didaulat membikin puisi untuk dibacakan di malam pelepasan. Perihal urusan baca-membaca puisi di hadapan khalayak dengan penuh perasaan, saya bukan ahlinya. Tak disangka jika sampai angkatan terakhir yang lulus sekarang ini, puisi saya masih dipakai untuk dibacakan di malam pelepasan. Hei, apakah adik-adikku di sana tak ada yang hobi menulis puisi lagi? Tak ada yang bisa bikin puisi? Kenapa puisi saya melulu yang dipakai? Apakah kreativitas mereka sudah mati, atau sedang mati suri? Ah, saya tak tahu. Yang jelas, mulai ada yang suka dengan tulisan-tulisan saya. Dan saya tak pernah berkeberatan untuk membagi apa yang saya tulis untuk dia baca.
Suatu ketika, homepage jejaring sosial saya menampilkan status update rekan tersebut, saya tersenyum dikulum membacanya, bahwa itu adalah penggalan puisi yang saya tulis di blog. Sejauh apa dia menyukai tulisan-tulisan saya? Rasa penasaran menggelitik saya hingga usil melihat-lihat akun jejaring sosialnya. Saya tercekat, dan pada akhirnya ingin mengumpat-umpat. Catatan-catatan yang dia publikasikan di akun miliknya mengambil tulisan-tulisan saya di blog, tanpa mencantumkan sumber atau penulis aslinya. Dia mengcopy-paste isinya tanpa menyertakan sumber. Plagiarism, right? Sungguh berbahaya, jika itu diklaim jadi tulisan dia, dibaca orang lain, ada yang iseng mau menerbitkan, nama dia-lah yang diakui jadi penulisnya. Parahnya, tak hanya catatan saya yang di-copas, tapi juga status update saya. Sungguh tidak kreatif. Saya sungguh menyayangkan itu. Generasi plagiat tumbuh bak cendawan di mana-mana. Jadi, jangan heran ketika korupsi yang seolah sudah menjadi kultur di Indonesia susah dihilangkan begitu saja.
Plagiarisme yang saya jumpai juga ada di ruang kelas, ketika ujian akhir semester beberapa pekan lalu. Dengan tanpa rasa bersalah, beberapa rekan membuka-buka catatan untuk menjawab soal ujian. Padahal sifat ujiannya closed alias tertutup. Pengawas tidak melihat, tapi Allah serba tahu. Apakah berkah ilmu yang kita dapat di ruang kelas, membayar sekian juta rupiah, hei kuliah itu tidak mudah kawan, namun hanya berakhir pada nyontek dan menjiplak? Lantas buat apa kau berpayah kuliah, sebab mungkin tukang bakso bahkan lebih kreatif darimu. Mereka bisa menghidupi keluarganya dengan membikin bakso, sementara kau yang kuliah di perguruan tinggi bergengsi di negeri ini, belajar menjadi koruptor dengan mencontek jawaban ujian.
Pada akhirnya, saya sedikit merasa trauma memajang banyak-banyak tulisan di dunia virtual jika ujungnya dicopas orang secara sembarangan. Saya sendiri seringkali mengambil tulisan orang untuk bahan mengerjakan tugas dari dosen, namun tetap saya cantumkan sumbernya.
Copas sepertinya sepele. Kadang terpikir bahwa sang author tak akan mengetahui tulisannya dicopas. Ya, itu benar. Namun, sekali lagi, kita semua menyadari, ada Zat yang selalu mengawasi kita, pun Ia pasti mengetahui substansi terkecil yang sedang kita simpan dalam hati. Ia tahu segalanya. Lantas, bersedia mempertanggung jawabkan itu semua di akhirat kelak? Kalau tidak, koreksi diri, mohon ampun kepada-Nya sembari berjanji tak akan mengulangi lagi.
Setiap kita diciptakan memiliki kreativitas tertentu yang berbeda satu sama lainnya. Alangkah naif jika kita hanya menyerah pada rasa malas dan enggan mencipta sebuah karya.
26 Juni 2012
1 komentar:
Saya juga pernah mengalaminya. Memang menyakitkan, tapi ya kita cuma bisa mengklarifikasi ke yang bersangkutan.
Coba cek lewat http://www.copyscape.com/
masukan link tulisan kita, dan dia akan mencari artikel yang memiliki kemiripan dengan tulisan yang kita masukkan.
Posting Komentar