Kamis, 08 Agustus 2013

Ramadan



Ramadan, tak terasa, jerejak langkahku sampai di haribaan waktu yang memisahkanku denganmu
Bolehkah aku menyeka air mata, atas pertemuan kita yang hanya sekejap mata?
Bagaimana harus kuhitung hari-hari, jika setiap detik bersamamu terasa syahdu
Sajadah-sajadah dibentangkan
Kalam-Nya dibacakan
Zikir-zikir dilantunkan
Selawat disenandungkan
Setiap senja, anak-anak mengeja dan mengaji menelusuri lembar-lembar bertorehkan hijaiah
Ramadan bagiku seolah jembatan yang mengantarkan metamorfosa cintaku kepada Rabb Semesta Alam
meski hijab keangkuhan nafsuku terkadang menjadi penyeling di jalan juang yang panjang
Kau mengajariku merengkuh kesabaran ketika berjumpa ujian
Mengajakku merenda harapan yang kemudian tumbuh serupa dahan
Lantas langit subuh yang terang dengan gemintang pun menjadi saksi
Titik mula cintaku kepadamu mulai bersemi
Kuuntai dalam doa di tiap sujud rakaat fajar
Kemudian bening subuh mengheningkannya menjadi satu rahasia di jagad raya

Ramadan, di tiap puisi cinta yang kau lantunkan
ada wangi kasturi yang semerbak mewangi memenuhi pagi
Menghampiri kesepianku yang sunyi

Bagaimana harus kuhitung hari-hari yang telah terlewati

jika setiap detik perjumpaan denganmu terasa syahdu, sayang berlalu
Ramadan, jika kau paham hikayat rasa yang menggelora, mengapa kau tinggalkan aku membatu dalam rindu

“Akankah kita bersama kembali di masa depan?” sungguh itu segumpal tanya yang belum berjawaban
Langkahku yang tersaruk terasa lelah, lungkrah
Ingin kutatap punggungmu yang menjauh dengan pandangan kesat oleh air mata
dan segaris senyuman yang pekat dengan rasa
Jika ada waktunya, rahasia yang kutitipkan kepada semesta akan terbuka
dibisikkan oleh desau angin musim semi di suatu hari
Kelak kita akan bersua, semoga, di depan sebuah pintu bernama Ar-Rayyan
Hanya jika Dia mengizinkan






Penghabisan Ramadan 1434 H

Tidak ada komentar: