Postingan ini sekadar pemberitahuan atau klarifikasi. Per
tanggal 9 Desember 2015 saya memutuskan untuk memblokir semua pengikut
laki-laki di akun instagram (IG) saya, tanpa kecuali—kenal atau tidak kenal. Di
profil pun sudah saya beri peringatan: WOMEN ONLY PLEASE. Kendati
demikian, masih tetap saja ada laki-laki yang request (karena akun saya
digembok)—yang kemudian tentu saja langsung saya reject, tak peduli siapa
yang request. Berprasangka positif saja, mungkin mereka tidak membaca
profil terlebih dahulu, namun langsung menyentuh follow. Jadi, maaf
teruntuk semua lelaki yang tadinya berteman dengan saya di media sosial yang
satu itu, juga kepada siapa saja yang request namun saya silang tanpa
basa-basi. Hai, bagi yang memang kenal saya, silakan silaturahmi di sarana lain
yang lebih privasi jika memang ada keperluan. Tak terlalu penting bukan
berteman di IG, jika fungsinya hanya untuk cuci mata secara virtual. Lebih-lebih
jika hanya sebagai sarana ampuh buat ngepoin atau malah ngodein
lawan jenis yang ditaksir #eh. Itu nggak banget.
Ya nggak segitunya juga kali, Li! Hapus saja semua
fotomu, bukan lantas memblokir banyak orang. Atau nggak usah punya media sosial
aja sekalian.
Begini, Saudaraku... sebagai perempuan masa kini, ada
goda yang belum bisa saya hapus sepenuhnya: keinginan untuk seringkali memajang
foto-foto diri yang cantik dan menarik. Sementara, diri ini tak pernah
betul-betul paham bagaimana otak lelaki menerjemahkannya kemudian. Sangat
mungkin, apa yang menurut kita—perempuan, biasa-biasa saja, bagi lelaki itu
sungguh cantik nan menggoda. Sebab, konon katanya, perempuan diciptakan indah
oleh Yang Maha Kuasa. Terlebih, jika setan ikut andil dalam berusaha merias-rias
dari segala sisi supaya perempuan selalu tampak menarik di mata laki-laki.
Apapun. Bahkan gambar siluetnya saja yang diinterpetasikan ‘cantik’, bisa
menjadi bahan imajinasi bagi yang memandang. Sebagai wanita akhir zaman, yang
saya yakin, dalam jaringan-jaringan dunia maya, ada jaring-jaring setan pula
yang turut menggoda. Adalah sebuah kezaliman di dua sisi jika hal itu terus
dipupuk: saya berdosa, mata mereka pun berdosa. Kejahatan dan pelecehan
terhadap perempuan sekarang ini tidak hanya marak terjadi di dunia nyata. Jika di
Jepang era modern ini, kereta-kereta berbagai jalur sudah mulai dilengkapi
dengan fasilitas gerbong khusus wanita lantaran maraknya kasus chikan (groper)
di sela ramainya rush hours, maka sudah selaiknya di dunia maya kita
juga lebih berhati-hati.
Diri ini dulu sekali sudah pernah menulis catatan perihal
menjaga pandangan. Apa yang selaiknya hawa lakukan di tengah kubangan arus
informasi dunia digital, dan kemudahan mengaktualisasikan diri di dunia maya
seperti sekarang. Catatan itu sebenarnya saya tulis sebagai pengingat untuk
diri sendiri, namun apesnya, saya langgar juga berulang kali. Tetap
bergonta-ganti foto diri di media sosial lainnya. Astaghfirullah.
Sungguh, konsisten atau istikamah itu sama sekali tidak mudah. Akibatnya, kena
batunya juga. Dapat peringatan dari Allah. Tak dinyana, ada salah seorang teman
lelaki yang ternyata mengunduh beberapa foto profil saya, dan disimpan di gallery ponselnya. Apa motifnya, saya juga tak paham. Ada pula cerita yang dituturkan oleh seorang teman perempuan berhijab, yang foto siluetnya di dunia maya diambil seorang pria, kemudian dia unggah di akun media sosial pribadinya. Yang lebih ekstrim, sampai ada yang membuat akun palsu dengan foto close-up teman perempuan saya. Well, dia memang cantik jelita.
Silakan saja bagi teman-teman perempuan yang memang bisa
konsisten menjaga pandangan kaum adam, dengan tidak pernah sekalipun mengunggah
foto diri. Saya salut kepada para perempuan tak kasatmata semacam itu. Namun,
lagi-lagi, diri ini belum sanggup mencapai derajat upaya menjaga seperti
demikian. Maka sebagai gantinya, para followers laki-laki yang saya
singkirkan.
Untuk tidak usah memiliki akun media sosial, ini agak impossible,
meski sebenarnya ya sangat possible #lho. Saya hidup di tengah
masyarakat modern, bukan di hutan atau desa terpencil dari peradaban. Banyak
informasi atau kemudahan yang ditawarkan (seperti belanja daring. Duh, jadi
ketahuan doyan beli-beli. Haha)
Sekarang sok menjaga. Ntar kalo udah nikah, paling juga
khilaf lagi. Pamer foto bersama pasangan di sana-sini, mentang-mentang udah ada
yang memiliki.
Sebenarnya itu juga yang saya khawatirkan.
Mentang-mentang udah nikah, terus serasa ingin bilang kepada seisi dunia: ini
loh, gue udah ada yang punya. Elu-elu pade, cowok-cowok lain kagak usah
ganggu-ganggu gue lagi. Mengingat fenomena banyak teman-teman perempuan
saya yang berhijab dan alim juga, yang dulu sebelum menikah sungguh-sungguh
pemalu dan anti pajang foto diri di media sosial, jadi aneh ketika melihat
mereka upload foto narsis ketika sudah menikah (tapi ya sama pasangan)
di sana-sini dan tak cuma sekali. Kan kalau cuma ingin memberi tahu kalo gue
udah taken sama orang ini, ya sekali saja, selesai. Nah, tapi kalau
jumlahnya nambah dan nambah jadi banyak banget? Hm, saya tak berani mencap
‘euforia’ atau ‘kenorakan’ pasca-nikah, meski mungkin itu bisa saja menjadi
gejala yang mengarah ke sana. Jangan pula tergesa melabeli kami yang komen
seperti ini dengan ‘kaum lajang fakir asmara yang iri hati’. Media sosial
memang ujian. Semoga kita semua dilapangkan hatinya, dan mampu belajar lebih
bijak lagi.
Tapi mari sedikit kita ubah paradigma berpikirnya. Bukankah
ketika sudah ada yang memiliki, justru kita harus lebih menjaga diri dari mata
para lelaki ajnabi (asing), yang bukan pasangan sah kita? Elo cantik,
itu rezeki buat suami lo aja. Emang dia rela bagi-bagi, membiarkan kecantikan
istrinya dinikmati banyak orang? Enggak dong. Perempuan aja kagak pernah ikhlas
kalau dipoligami, ya kan? Apalagi jika di masa lalu ada seseorang yang pernah
naksir berat sama kamu, kemudian hatinya sempat berantakan karena menerima
kenyataan bahwa kamu bukan jodohnya. Lalu, kamu dengan selo-nya pajang
foto di sana-sini sama suami. Tolong dong, jaga perasaan mereka juga. Balik
lagi, kalau cuma mau menunjukkan bahwa gue udah bersuami, sekali aja kan
udah. Kalau berkali-kali, mungkin itu sebangsa dengan vamer #eh #maap.
Teruntuk para perempuan, tentunya kita juga ingin menjadi
mawar tercantik hanya bagi ia yang berhak, yang telah memberanikan diri
mengucap perjanjian berat supaya mampu meraih tangkai mawar berharga itu. Jadi,
jagalah sepenuh hati.
‘Afwan
sekali lagi. Istikamah tidak mudah, namun semoga kita senantiasa mampu saling
mengingatkan dalam kebaikan. Pun dalam perkara-perkara yang tampaknya remeh-temeh,
namun sejatinya tak baik. Ingin saya haturkan terima kasih bagi siapa saja yang
pernah menampar dan mengingatkan diri ini.
yang fakir nan masih tertatih menggenggam istikamah:
@liawibyaninggar
Gambar diambil dari sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar