Jumat, 15 Juli 2016

Menyoal Akun Instagram Khusus Perempuan





Postingan ini sekadar pemberitahuan atau klarifikasi. Per tanggal 9 Desember 2015 saya memutuskan untuk memblokir semua pengikut laki-laki di akun instagram (IG) saya, tanpa kecuali—kenal atau tidak kenal. Di profil pun sudah saya beri peringatan: WOMEN ONLY PLEASE. Kendati demikian, masih tetap saja ada laki-laki yang request (karena akun saya digembok)—yang kemudian tentu saja langsung saya reject, tak peduli siapa yang request. Berprasangka positif saja, mungkin mereka tidak membaca profil terlebih dahulu, namun langsung menyentuh follow. Jadi, maaf teruntuk semua lelaki yang tadinya berteman dengan saya di media sosial yang satu itu, juga kepada siapa saja yang request namun saya silang tanpa basa-basi. Hai, bagi yang memang kenal saya, silakan silaturahmi di sarana lain yang lebih privasi jika memang ada keperluan. Tak terlalu penting bukan berteman di IG, jika fungsinya hanya untuk cuci mata secara virtual. Lebih-lebih jika hanya sebagai sarana ampuh buat ngepoin atau malah ngodein lawan jenis yang ditaksir #eh. Itu nggak banget.

Ya nggak segitunya juga kali, Li! Hapus saja semua fotomu, bukan lantas memblokir banyak orang. Atau nggak usah punya media sosial aja sekalian.

Begini, Saudaraku... sebagai perempuan masa kini, ada goda yang belum bisa saya hapus sepenuhnya: keinginan untuk seringkali memajang foto-foto diri yang cantik dan menarik. Sementara, diri ini tak pernah betul-betul paham bagaimana otak lelaki menerjemahkannya kemudian. Sangat mungkin, apa yang menurut kita—perempuan, biasa-biasa saja, bagi lelaki itu sungguh cantik nan menggoda. Sebab, konon katanya, perempuan diciptakan indah oleh Yang Maha Kuasa. Terlebih, jika setan ikut andil dalam berusaha merias-rias dari segala sisi supaya perempuan selalu tampak menarik di mata laki-laki. Apapun. Bahkan gambar siluetnya saja yang diinterpetasikan ‘cantik’, bisa menjadi bahan imajinasi bagi yang memandang. Sebagai wanita akhir zaman, yang saya yakin, dalam jaringan-jaringan dunia maya, ada jaring-jaring setan pula yang turut menggoda. Adalah sebuah kezaliman di dua sisi jika hal itu terus dipupuk: saya berdosa, mata mereka pun berdosa. Kejahatan dan pelecehan terhadap perempuan sekarang ini tidak hanya marak terjadi di dunia nyata. Jika di Jepang era modern ini, kereta-kereta berbagai jalur sudah mulai dilengkapi dengan fasilitas gerbong khusus wanita lantaran maraknya kasus chikan (groper) di sela ramainya rush hours, maka sudah selaiknya di dunia maya kita juga lebih berhati-hati.

Diri ini dulu sekali sudah pernah menulis catatan perihal menjaga pandangan. Apa yang selaiknya hawa lakukan di tengah kubangan arus informasi dunia digital, dan kemudahan mengaktualisasikan diri di dunia maya seperti sekarang. Catatan itu sebenarnya saya tulis sebagai pengingat untuk diri sendiri, namun apesnya, saya langgar juga berulang kali. Tetap bergonta-ganti foto diri di media sosial lainnya. Astaghfirullah. Sungguh, konsisten atau istikamah itu sama sekali tidak mudah. Akibatnya, kena batunya juga. Dapat peringatan dari Allah. Tak dinyana, ada salah seorang teman lelaki yang ternyata mengunduh beberapa foto profil saya, dan disimpan di gallery ponselnya. Apa motifnya, saya juga tak paham. Ada pula cerita yang dituturkan oleh seorang teman perempuan berhijab, yang foto siluetnya di dunia maya diambil seorang pria, kemudian dia unggah di akun media sosial pribadinya. Yang lebih ekstrim, sampai ada yang membuat akun palsu dengan foto close-up teman perempuan saya. Well, dia memang cantik jelita.

Silakan saja bagi teman-teman perempuan yang memang bisa konsisten menjaga pandangan kaum adam, dengan tidak pernah sekalipun mengunggah foto diri. Saya salut kepada para perempuan tak kasatmata semacam itu. Namun, lagi-lagi, diri ini belum sanggup mencapai derajat upaya menjaga seperti demikian. Maka sebagai gantinya, para followers laki-laki yang saya singkirkan.

Untuk tidak usah memiliki akun media sosial, ini agak impossible, meski sebenarnya ya sangat possible #lho. Saya hidup di tengah masyarakat modern, bukan di hutan atau desa terpencil dari peradaban. Banyak informasi atau kemudahan yang ditawarkan (seperti belanja daring. Duh, jadi ketahuan doyan beli-beli. Haha)

Sekarang sok menjaga. Ntar kalo udah nikah, paling juga khilaf lagi. Pamer foto bersama pasangan di sana-sini, mentang-mentang udah ada yang memiliki.


Sebenarnya itu juga yang saya khawatirkan. Mentang-mentang udah nikah, terus serasa ingin bilang kepada seisi dunia: ini loh, gue udah ada yang punya. Elu-elu pade, cowok-cowok lain kagak usah ganggu-ganggu gue lagi. Mengingat fenomena banyak teman-teman perempuan saya yang berhijab dan alim juga, yang dulu sebelum menikah sungguh-sungguh pemalu dan anti pajang foto diri di media sosial, jadi aneh ketika melihat mereka upload foto narsis ketika sudah menikah (tapi ya sama pasangan) di sana-sini dan tak cuma sekali. Kan kalau cuma ingin memberi tahu kalo gue udah taken sama orang ini, ya sekali saja, selesai. Nah, tapi kalau jumlahnya nambah dan nambah jadi banyak banget? Hm, saya tak berani mencap ‘euforia’ atau ‘kenorakan’ pasca-nikah, meski mungkin itu bisa saja menjadi gejala yang mengarah ke sana. Jangan pula tergesa melabeli kami yang komen seperti ini dengan ‘kaum lajang fakir asmara yang iri hati’. Media sosial memang ujian. Semoga kita semua dilapangkan hatinya, dan mampu belajar lebih bijak lagi.

Tapi mari sedikit kita ubah paradigma berpikirnya. Bukankah ketika sudah ada yang memiliki, justru kita harus lebih menjaga diri dari mata para lelaki ajnabi (asing), yang bukan pasangan sah kita? Elo cantik, itu rezeki buat suami lo aja. Emang dia rela bagi-bagi, membiarkan kecantikan istrinya dinikmati banyak orang? Enggak dong. Perempuan aja kagak pernah ikhlas kalau dipoligami, ya kan? Apalagi jika di masa lalu ada seseorang yang pernah naksir berat sama kamu, kemudian hatinya sempat berantakan karena menerima kenyataan bahwa kamu bukan jodohnya. Lalu, kamu dengan selo-nya pajang foto di sana-sini sama suami. Tolong dong, jaga perasaan mereka juga. Balik lagi, kalau cuma mau menunjukkan bahwa gue udah bersuami, sekali aja kan udah. Kalau berkali-kali, mungkin itu sebangsa dengan vamer #eh #maap.

Teruntuk para perempuan, tentunya kita juga ingin menjadi mawar tercantik hanya bagi ia yang berhak, yang telah memberanikan diri mengucap perjanjian berat supaya mampu meraih tangkai mawar berharga itu. Jadi, jagalah sepenuh hati.

‘Afwan sekali lagi. Istikamah tidak mudah, namun semoga kita senantiasa mampu saling mengingatkan dalam kebaikan. Pun dalam perkara-perkara yang tampaknya remeh-temeh, namun sejatinya tak baik. Ingin saya haturkan terima kasih bagi siapa saja yang pernah menampar dan mengingatkan diri ini.




yang fakir nan masih tertatih menggenggam istikamah:

@liawibyaninggar

Gambar diambil dari sini

Tidak ada komentar: