Senin, 31 Oktober 2016

Menyederhanakan Bahagia


Bahagia itu serupa ruapan hangat dari kopi atau teh yang kau seduh di tengah selubung hawa dingin yang mengiringi hari-harimu. Serupa rintik hujan di luar jendela kaca usai usai panas terik mendera. Sejajar dengan aroma petrichor yang menyentil saraf-saraf olfaktorimu kala hujan telah purna. Seiring dengan mampunya kau bangun sebelum subuh menyapa hari, lalu bermesraan dengan-Nya, menghirup udara sebelum mentari mengiblatkan perak cahaya pertamanya. Serupa dengan desah lelahmu yang tergantikan kelegaan merebahkan badan usai bekerja seharian. Senada dengan cinta yang saling berjumpa dalam doa, sebelum terakumulasi di langit dan jatuh dalam bentuk jawaban atas takdir-Nya. Senada dengan rindu yang perlahan tumbuh. Seperti duka yang demikian cepat tergantikan oleh gembira, air mata yang kemudian beralih wujud menjadi tawa. Kesedihan bukan barang kekal, karena kita lebih memilih untuk berbahagia, bukan?

Sebab bahagia tak pernah jauh. Bahagia tak pernah menyembunyikan diri di hadapan mereka yang tak pernah kehabisan rasa terima kasih terhadap tuhannya. Bahagia berserakan di mana-mana. Kau hanya perlu memungutnya satu persatu tanpa ragu. Ia dekat lagi sederhana.

Bisa jadi, sesederhana lengkung senyum di parasmu.

Tidak ada komentar: