Seperti dua kapal yang berpapasan sewaktu badai, kita telah
bersilang jalan satu sama lain; kita tidak membuat sinyal, kita tidak
mengungkapkan sepatah kata pun, kita tidak punya apa pun untuk dikatakan.
(Oscar Wilde)
Lelaki pagi menikmati menyepi usai
subuh menyapa hari, menyaksikan cahaya perak mentari pertama kali. Perempuan
senja menyenangi langit yang berubah warna menjadi tembaga sore harinya. Lelaki
pagi meletakkan pandangan pada logika yang dibangunnya. Perempuan senja adalah
konstelasi perasaan-perasaan yg lembut dan keibuan. Dunia lelaki pagi adalah
angka-angka, sementara dunia perempuan senja adalah puisi dan kata-kata. Lelaki
pagi adalah manusia tergesa, tak ayal itu membuatnya keras kepala. Perempuan
senja adalah manusia melodrama, tak ayal itu membuatnya mudah terluka. Jika
lelaki pagi adalah karang terjal di tepi samudra, maka perempuan senja kuntum
mawar di bibir jurang. Lelaki pagi menyulam kebahagiaan melalui pertunjukan
bola, perempuan senja menyulam kebahagiaan melalui buku-buku sastra. Lelaki
pagi gemar mendaki bukit-bukit dan menerabas alam. Perempuan senja mencintai
riak ombak dan surya tenggelam di horizon barat.
“Pagi dan senja selalu bersimpang
jalan, tak akan pernah berjumpa.” Kata-kata ini memenuhi rongga kepalaku.
“Namun apakah yang mampu menghalangi
dua hal dengan jurang beda yang terentang jauhnya, seperti pagi dan senja, jika
penghubungnya adalah Sang Pemilik Semesta?” jawab suara lain yg kucari-cari
muasalnya. Ternyata sama saja, sama-sama dari nuraniku sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar