Minggu, 29 Januari 2017

Lelaki Pagi dan Perempuan Senja





Seperti dua kapal yang berpapasan sewaktu badai, kita telah bersilang jalan satu sama lain; kita tidak membuat sinyal, kita tidak mengungkapkan sepatah kata pun, kita tidak punya apa pun untuk dikatakan. 
(Oscar Wilde)


Lelaki pagi menikmati menyepi usai subuh menyapa hari, menyaksikan cahaya perak mentari pertama kali. Perempuan senja menyenangi langit yang berubah warna menjadi tembaga sore harinya. Lelaki pagi meletakkan pandangan pada logika yang dibangunnya. Perempuan senja adalah konstelasi perasaan-perasaan yg lembut dan keibuan. Dunia lelaki pagi adalah angka-angka, sementara dunia perempuan senja adalah puisi dan kata-kata. Lelaki pagi adalah manusia tergesa, tak ayal itu membuatnya keras kepala. Perempuan senja adalah manusia melodrama, tak ayal itu membuatnya mudah terluka. Jika lelaki pagi adalah karang terjal di tepi samudra, maka perempuan senja kuntum mawar di bibir jurang. Lelaki pagi menyulam kebahagiaan melalui pertunjukan bola, perempuan senja menyulam kebahagiaan melalui buku-buku sastra. Lelaki pagi gemar mendaki bukit-bukit dan menerabas alam. Perempuan senja mencintai riak ombak dan surya tenggelam di horizon barat.

“Pagi dan senja selalu bersimpang jalan, tak akan pernah berjumpa.” Kata-kata ini memenuhi rongga kepalaku.

“Namun apakah yang mampu menghalangi dua hal dengan jurang beda yang terentang jauhnya, seperti pagi dan senja, jika penghubungnya adalah Sang Pemilik Semesta?” jawab suara lain yg kucari-cari muasalnya. Ternyata sama saja, sama-sama dari nuraniku sendiri.


Tidak ada komentar: